Ketua LAMR Bengkalis Jadi Narasumber Dalam Diskusi Riau Merempah Dunia

$rows[judul] Keterangan Gambar : Ketua LAMR Kabupaten Bengkalis Datuk Syaukani Al Karim saat menjadi Narasumber

BENGKALIS - Ketua LAMR Kabupaten Bengkalis, Datuk Syaukani Al Karim, diundang menjadi pembicara dalam diskusi pada Festival Budaya Melayu 2024, yang ditaja oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, Senin, 2/9/2024.


Sebagai penulis dan budayawan, pada sesi ke-4, diskusi Budaya Jalur Rempah, Riau Merempah Dunia,  Ketua LAMR Bengkalis, diminta pemikirannya tentang “Perdagangan dan Multi Etnis”, yang secara khusus membahas tentang hubungan perdagangan masa lampau, baik pada masa keemasan Jalur Sutra dari abad ke-2 SM sampai abad 14 M, maupun pada masa Jalur Rempah, terhadap terjadinya pembauran etnis di Kawasan Melayu.

Diskusi yang dilaksanakan di Pekanbaru itu dihadiri oleh sejumlah kalangan, baik dari akademisi, seniman, budayawan, mahasiswa, dan juga masyarakat  umum. Dalam pemaparannya, Datuk Syaukani Al Karim, menjelaskan tentang jalur-jalur sejarah terjadinya pembauran etnis di Kawasan Melayu, Mulai dari perdagangan jalur sutera dan rempah, jalur diplomasi raja-raja Melayu, sampai pada jalur penyebaran agama.

“Pembauran etnis di Kawasan Melayu sudah berlangsung sejak lama. Di mulai dari ketika negeri Melayu menjadi lintasan perdagangan sutra dan rempah dari Asia sampai ke negara-negara yang berada dalam cekungan Mediterania dari abad 2 SM dampai abad 14 M. Pada masa ini terjadi persentuhan dengan Cina, India, Persia, dan Arab. Pembauran berikutnya terjadi pasca proses diplomasi antara kerajaan Melayu Sriwijaya pada masa Dapunta Hyang Sri Jayanasa dan Raja Indra Warman dengan Dinasti Tang di Cina  pada abad ke 7 sampai awal abad ke-8. Jalur berikutnya adalah jalur penyebaran Agama, misalnya pada abad ke-7, datang rombongan dari tanah Arab ke Kawasan Melayu, dan kemudian terjadi pembauran sampai pada hari ini,” papar Datuk Syaukani Al Karim.

Menyambung penjelasannya, Datuk Syaukani Al Karim mengatakan, bahwa berbeda dengan Arab, Persia, India, Cina, dan Asia lainnya, pembauran penduduk Melayu dengan bangsa Eropa, justru terjadi secara massif setelah jatuhnya Konstatinopel atau Romawi Timur ke tangan negara super power saat itu,  Turki Utsmani pada abad ke-15.

“Jatuhnya Konstatinopel ke tangan Turki, menyebabkan bangsa Eropa tidak bisa lagi mendapatkan rempah dari Romawi Timur, sehingga harus menemukan jalan sendiri ke Asia dan Kawasan Melayu. Mereka sampai ke Goa, Tanjung Topan, Afrika, dan dari sana bangsa Eropa ke Melaka dan berperang dengan Melaka tahun 1511. Dari Melaka mereka ke Bengkalis, dan bertempur di Bengkalis tahun 1512. Dalam konteks perlawanan terhadap penjajahan, Bengkalis merupakan negeri pertama di Indonesia yang berperang dengan penjajah. Ssetelah pertempuran Bengkalis itu, baru mereka melanjutkan ekspedisi ke Kesultanan Tarnate dan Tidore, dan itulah menjadi awal mula penjajahan di Nusantara,” Ungkap Datuk Syaukani.

Diskusi yang dimoderatori oleh Wakil Dekan Fakultas Ulmu Budaya Lancang Kuning, Jefrizal, berlangsung dengan hangat dan dinamis. Banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta, membuat waktu diskusi yang dimulai dari pukul 13.30 seharusnya berakhir pada pukul 14.00, menjadi molor sampai pukul 15.00 Wib.(Win)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)